Tuesday 24 November 2009

A Christmas Carol

Denger judulnya mungkin yang terpampang di kepala Anda film model The Grinch atau film Natal lainnya. Bedanya, film ini meracik tema natal tsb dengan sedikit bumbu horor dan pelajaran yang cukup relevan untuk orang-orang jaman sekarang.

Imajinasinya sih hebat banget dan ide ceritanya menarik. Kebayang ga sih tiap hari Natal itu punya arwah tersendiri. Ada yang namanya arwah Natal Masa Lalu berkepala lilin, arwah Natal Masa Sekarang yang doyan ketawa [sinis], dan arwah Natal Masa yang Akan Datang yang mirip malaikat pencabut nyawa dengan kereta kudanya yang kewl abis itu. Haha. Bersama ketiga arwah tsb tokoh utama kita, Ebenezer, belajar tentang hidupnya sambil 'berkeliling' dalam bayangan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Sayang, animasi film ini kurang mendukung imajinasi dan ide cerita yang sebenarnya bombastis itu. Ekspresi dan gerakan tokoh terkadang terlihat canggung dan masih kaku. Padahal gestur atau mimik muka tokoh sudah bagus; hampir menyerupai manusia asli, setidaknya untuk ukuran film animasi.

Tapi tunggu. Ada dua faktor utama lain yang membuat film ini worth your time: karakter tokoh dan dialog. Karakter tokoh-tokoh dalam cerita ini kuat dan konsisten sehingga pesan yang mau disampaikan film ini atau adegan tertentu jelas. Pasti suka deh sama tokoh-tokoh film ini, karena jaman sekarang mayoritas film terlalu fokus dengan alur cerita hingga melupakan karakteristik tokoh yang unik dan personal. Dialog, ga usah ditanya, bagus!

Itu soal teknis film. Sekarang isinya.

Film ini bercerita tentang seorang pria yang materialistis. Saking fokusnya dengan bisnis, ia sampai melupakan relasi dengan sesamanya. Money-oriented... Bukan sesuatu yang jarang ditemukan pada orang-orang di dunia nyata, ya ga? Itulah tulang punggung jalan cerita film ini: hal-hal duniawi terkadang membuat orang lupa akan kepentingan sesamanya.

Walau mengandung makna dalam, hal tersebut menimbulkan satu kelemahan dalam film ini. Di satu sisi, pesan yang terkandung dalam film ini bisa mem'bangun'kan minimal remaja sampai orang dewasa untuk jangan terlalu materialistis, walau dikemas dalam bentuk yang mungkin membosankan bagi orang-orang tersebut. Di lain sisi, anak-anak kecil mungkin belum menangkap pesan sebenarnya dalam film ini (paling banter mereka hanya mendapat pelajaran seperti "jangan galak-galak seperti si Ebenezer, nanti ga punya temen" atau semacamnya) namun pembawaan alur ceritanya yang imajinatif bisa membuat mereka enjoy dengan film ini.

Overall, film ini termasuk bagus. Salah satu keberhasilan film ini yang menurut gue oke banget adalah film ini berhasil menciptakan klimaks dari rangkaian flashback, yang apabila tidak hati-hati dalam merangkai bisa membuat film ini membosankan. Sesuatu yang acap kali gagal diterapkan dalam beberapa film baru-baru ini [saya ga akan menyebut judul filmnya X)]. Akhir kata, WAJIB tonton versi 3Dnya! Dan... apalagi kalo ditayanginnya pas Natal yah. Lebih 'kena' lagi nih! Hahaha...

NB:
ada moral lain yang bisa ditangkap: beramal baiklah sebelum waktumu tiba, kau takkan pernah tahu kapan saat itu datang. belakangan film yang nongol di bioskop memancarkan aura moral yang mirip yah... sebut saja... 2012, maybe? ;)

1 comment: