Friday 4 December 2009

Ninja Assassin


Ahh, saya pikir tema ninja itu cuma dipake untuk komik Jepang atau anime. Ternyata ada juga yang tertarik buat mengangkat 'legenda' yang satu itu menjadi film. Ga nanggung-nanggung, yang berani mengangkat itu adalah produser yang sama dengan film The Matrix.

Konsep menarik, didukung efek yang luar biasa (dlihat dari trailer-nya). Kayaknya menarik banget buat ditonton bareng temen-temen, terutama mereka yang berselera film sadis. Tapi mau ga mau saya kecewa karena film ini jauh dari harapan saya. Singkat kata, lebih seru nonton trailer-nya daripada nonton filmnya.

Panjang kata, plot cerita yang terlalu standar dan adegan-adegan yang terlalu ketebak membuat film ini agak membosankan sehingga menyia-nyiakan konsep cerita dan efek nampolnya itu. Padahal sudah diramu dengan alur flashback. Pola cerita-cerita seperti ini memang selalu tertebak; di mana tokoh utama lelaki yang bernama Raizo ini kemudian didampingi perempuan cantik dan pintar, lalu dalam beberapa adegan kepepet alias nyaris dibunuh tapi datanglah si 'pendamping' ini menyelamatkan dia, atau motif si ninja yang dikejar satu clan yang sudah biasa, yaitu balas dendam. Sebenarnya, bila Anda hanya mencari laga yang keren dan kreatifitas kesadisan dari sebuah film tanpa tertarik untuk memerhatikan jalan cerita, film ini pas untuk Anda. Dan btw, soal laga, menurut saya laga dalam film ini masih kurang banyak... Kalo mau jahat, film Kung Fu Panda aja bisa dibilang lebih ada gregetnya. Hahaha, no offense but it's the truth... xp

Ada satu hal yang membuat saya antusias ketika menonton film ini: klimaksnya. Ternyata mereka cukup cerdas untuk menyimpan setting tempat dengan bumbu efek dan sinematografi terbaiknya untuk pertarungan akhir si ninja melawan gurunya. Dibanding tempat bertarung lain dalam film ini, bahkan film-film lain, setting tempat pertarungan klimaks film ini memiliki nilai seni dan kreatifitas tersendiri; apalagi aksi-aksi Raizo dan gurunya ketika bertarung. Tapi, sekali lagi, adegan cerita yang tertebak [dan memang terjadi seperti dugaan] menghancurkan klimaks yang artistik ini. Tidak etis bila saya menceritakan apa yang terjadi dengan klimaks tersebut di sini karena akan membuat Anda rugi. Walaupun begitu, klimaknya tetep must-watch deh!

Selain masalah cerita, tokoh ini juga memiliki masalah tokoh yang akut. Kenapa saya bilang akut? Karena tokoh yang salah pemeran tak lain tak bukan adalah tokoh utamanya! Ah itu fatal sekali. Memang sih pemeran Raizo adalah Rain, si penyanyi terkenal itu. Tapi namanya juga penyanyi, tentu saja beda haluan dengan ninja pembunuh. Aura garang dan psychotic tidak terpancar sama sekali dari Raizo sepanjang cerita ini, kecuali ketika ia berlumuran darah; tapi sayangnya itu tidak keluar dari si pemeran tokoh sendiri, itu keluar dari make-up artist.

Sekali lagi saya tekankan, film ini mungkin kurang cocok untuk:
1. ANAK KECIL,
2. mereka yang ga tahan liat darah maupun adegan sadis, dan
3. mereka yang cenderung memperhatikan alur cerita.

Film ini cocok buat:
1. mereka yang 'haus darah'... suka adegan sadis maksudnya, dan
2. mereka yang suka film action, apalagi penggemar ninja.

No comments:

Post a Comment